Koran.co.id – Dalam dunia perguruan tinggi atau perkuliahan, literasi akademik menjadi salah satu faktor utama dalam menentukan keberhasilan mahasiswa dalam perjalanan akademiknya. Literasi akademik ini mencakup kemampuan untuk membaca, menulis, berpikir kritis, dan menganalisis informasi dengan pendekatan ilmiah. Kemampuan ini tidak hanya dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas akademik seperti menulis esai, laporan, artikel, atau skripsi, tetapi juga menjadi dasar untuk membangun kemampuan mahasiswa di era informasi dan globalisasi. Dalam konteks ini, mahasiswa meliliki peran strategis sebagai pelaku utama dalam membangun literasi akademik mereka sendiri sekaligus mendukung pengembangan budaya akademik di lingkup perguruan tinggi.
Salah satu tantangan utama dalam literasi akademik adalah kurangnya pemahaman mendalam terhadap konsep literasi itu sendiri. Banyak mahasiswa yang menganggap literasi akademik semata mata hanya tentang kemampuan membaca dan menulis, padahal sebenarnya hal ini mencakup kemampuan yang jauh lebih kompleks. Literasi akademik melibatkan pemahaman terhadap teks yang bersifat analitis, kritis, dan kreatif. Misalnya, mahasiswa harus mampu mengidentifikasi argument utama dalam suatu artikel ilmiah, mengevaluasi ke validan data yang digunakan, serta mengintegrasikan informasi tersebut ke dalam kerangka berpikir mereka sendiri. Dalam hal ini, mahasiswa perlu mengembangkan keterampilan berpikir kritis agar mampu memilah informasi yang relevan, kredibel, dan dapat dipertanggung jawabkan, terutama di era Dimana informasi palsu atau misinformasi sangat mudah tersebar.
Di sisi lain, sistem pendidikan di tingkat perguruan tinggi kadang belum sepenuhnya mendukung pengembangan literasi akademik secara optimal. Beberapa mata kuliah hanya berfokus pada teori tanpa memberikan mahasiswa ruang untuk berpikir kritis atau melakukan praktik secara mendalam. Selain itu, akses terhadap sumber daya akademik, seperti jurnal, buku, atau karya tulis ilmiah, sering kali menjadi kendala, terutama di kampus yang terbatas secara fasilitas atau infrastuktur. Untuk mengatasi masalah ini, mahasiswa perlu mengambil inisiatif lebih dalam mengembangkan literasi akademik mereka melalui upaya mandiri, seperti membaca buku non fiksi, mengikuti workshop atau seminar seminar, serta bergabung dengan komunitas diskusi ilmiah.
Mahasiswa juga berperan penting sebagai penggerak literasi akademik di lingkungan kampus. Mereka dapat menciptakan lingkungan yang mendukung budaya belajar dengan membentuk kelompok studi atau ukm, mengadakan seminar, dan diskusi terbuka yang membahas berbagai isu isu terkini dari perspektif akademi. Dalam konteks ini, mahasiswa yang berpengalaman dapat berbagi pengetahuan dan strategi dengan rekan rekannya untuk memperkuat keterampilan literasi. Tidak hanya itu, mahasiswa juga dapat memanfaatkan media digital untuk mempublikasikan ide atau penelitian mereka melalui blog, jurnal online, atau platform lainnya, sehingga literasi akademik tidak hanya berkembang dalam lingkup kampus saja, tetapi juga menjadi kontribusi bagi masyarakat luas.
Selain itu, penguasaan literasi akademik memberikan banyak manfaat praktis bagi mahasiswa, terutama dalam dunia kerja. Kemampuan untuk membaca dan menulis dengan baik, berpikir kritis, dan memecahkan masalah kompleks adalah keterampilan yang sangat dihargai oleh banyak perusahaan di berbagai industri. Literasi akademik melatih mahasiswa untuk bekerja secara strategis, mengolah informasi secara benar, dan menyampaikan ide secara efektif semua ini adalah faktor penting untuk menjadi profesional yang kompeten. Dengan demikian, investasi waktu dan usaha dalam membangun literasi akademik bukan hanya menjadi tuntutan akademik, tetapi juga investasi untuk masa depan mahasiswa itu sendiri.
Namun, tantangan dalam membangun literasi akademik juga tidak terlepas dari permasalahan budaya membaca yang cenderung rendah. Dalam kehidupan mahasiswa zaman sekarang ini, di mana media sosial dan hiburan digital lebih menarik perhatian, mahasiswa sering kali menghadapi kesulitan dalam mengatur waktu untuk membaca atau menulis secara mendalam. Untuk mengatasi hal ini, perguruan tinggi perlu berperan dengan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan literasi akademik. Misalnya, kampus Untag Surabaya yang menyediakan fasilitas seperti perpustakaan yang ramah mahasiswa, diberikannya fasilitas komputer dan meja agar mahasiswa nyaman saat membaca, akses gratis ke sumber daya ilmiah, atau bimbingan langsung dari dosen dalam mengembangkan keterampilan menulis dan berpikir kritis.
Dalam perspektif yang lebih luas, literasi akademik mahasiswa juga berdampak pada kualitas penelitian dan inovasi di tingkat nasional dan internasional. Mahasiswa yang memiliki literasi akademik yang baik lebih mungkin untuk menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas, baik dalam bentuk skripsi, artikel, jurnal, atau makalah penelitian lainnya. Hal ini pada akhirnya berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan bangsa dan negara. Oleh karena itu, membangun literasi akademik bukan hanya tentang peningkatan kemampuan individu mahasiswa saja, tetapi juga menjadi bagian dari tanggung jawab besar untuk meningkatkan daya saing bangsa di tingkat global.
Sebagai kesimpulan, mahasiswa memiliki peran strategis dalam membangun budaya literasi akademik yang lebih kuat. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti membaca secara rutin, mengikuti lokakarya penulisan ilmiah, atau membentuk kelompok studi yang bertujuan mendiskusikan topik-topik tertentu. Selain itu, mahasiswa juga dapat memanfaatkan teknologi digital untuk memperluas wawasan mereka, misalnya dengan membaca jurnal online, berpartisipasi dalam forum akademik, atau mempublikasikan karya ilmiah mereka melalui platform digital.
Penting untuk diingat bahwa literasi akademik tidak hanya relevan dalam lingkungan pendidikan tinggi, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang. Mahasiswa yang literasi akademiknya baik lebih mampu menghadapi tantangan dunia kerja karena kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan menyampaikan ide dengan jelas adalah keterampilan yang sangat dihargai. Selain itu, mahasiswa yang aktif mengembangkan literasi akademik berkontribusi pada peningkatan kualitas penelitian dan inovasi di tingkat universitas, yang pada gilirannya mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan pembangunan bangsa.
Dengan peran penting tersebut, kolaborasi antara mahasiswa dan institusi pendidikan menjadi kunci dalam membangun budaya literasi akademik yang berkelanjutan. Kampus perlu menyediakan fasilitas seperti perpustakaan yang modern, akses mudah ke jurnal dan literatur ilmiah, serta pelatihan-pelatihan yang mendukung pengembangan literasi akademik. Sementara itu, mahasiswa harus aktif mengambil inisiatif, menciptakan komunitas belajar, dan membangun lingkungan yang mendorong eksplorasi akademik.
Pada akhirnya, literasi akademik bukan sekadar kemampuan individual, tetapi juga tanggung jawab kolektif yang berdampak pada masyarakat luas. Mahasiswa yang literat secara akademik adalah individu yang siap menjadi agen perubahan, berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan, dan membawa dampak positif bagi komunitas mereka. Oleh karena itu, mengembangkan literasi akademik adalah investasi penting bagi mahasiswa untuk menciptakan masa depan yang lebih baik, baik bagi diri mereka sendiri maupun bagi bangsa dan dunia.
Dibuat oleh Muhammad Yudha Wiratama