Koran.co.id – Penyebaran Hoax dan Disinformasi saat ini kebanyakan dipengaruhi oleh ketidakjelasan regulasi dan lemahnya penegakan hukum. Hal ini menjadikan pelaku hoax sulit ditindak dan dihukum dengan sanksi yang tidak efektif. Penyebaran berita palsu semakin sulit dihentikan karena kurangnya
pemahaman tentang media di masyarakat Indonesia. Untuk mencegah hoax di media sosial, harus menggunakan pendekatan dan memiliki kemampuan untuk mendeteksi dan mencegah berita palsu sejak dini.
Dalam kejadian ini ada beberapa mahasiswa dari Universitas ternama yang menjadi korban dari penyebaran hoax, salah satunya hoax berita yang dialami oleh saudara Velicia. “Saya sewaktu SMK tengah bersekolah di SMKN Negeri 1 Jayapura. Saya memang mengakui di daerah Jayapura
memang ada OPM namun tidak semua orang disana ialah orang-orang yang terkait dengan organisasi tersebut, banyak orang luar Papua yang mengatakan bahwa rata-rata orang Papua adalah orang OPM
yang artinya buruk. Namun saya mengira itu hanyalah berita hoax semata agar Papua dilihat dan dianggap buruk oleh warga lainnya” ujar Velicia. Maka dari itu semua orang di negara ini juga harus yakin pada ideologi dan nasionalisme yang kuat dan juga Sistem Komunikasi yang sudah ada di
Indonesia, sehingga kita memiliki pemahaman yang sama bahwa penyebarluasan informasi yang
merusak dapat mengganggu harmoni sosial.
Jumlah pengguna internet di Indonesia diprediksi akan mencapai 175 juta orang pada tahun 2019, yang setara dengan sekitar 65,3% dari total 268 juta penduduk. Media sosial dimanfaatkan untuk menyebarkan berita palsu, ujaran kebencian, dan sikap diskriminatif berdasarkan suku, agama, ras,
dan antargolongan. Penyebaran berita palsu melalui media sosial biasanya tidak memikirkan efek negatif terhadap hubungan sosial. Terdapat juga seorang mahasiswa bernama Erika menjadi salah satu korban dari hoax teknologi AI yang tersebar di media sosial. “Awalnya saya menemukan video di internet menunjukakan mantan presiden Indonesia Pak Jokowi berpidato menggunakan bahasa Mandarin. saya mengira bahwa Pak Jokowi memang fasih dalam berbahasa Mandarin tapi setelah saya cari tahu, video tersebut hanyalah buatan dari teknologi AI”. ucap salah satu mahasiswa yang menjadi korban hoax.
AI adalah singkatan dari Artificial Intelligence, yang merupakan teknologi yang dirancang untuk membuat komputer meniru kemampuan intelektual manusia. Maka dari itu
penyebaran konten negatif seperti berita palsu di media sosial semakin meningkat karena orang-orang di zaman sekarang lebih cenderung percaya pada pandangan pribadi daripada pada fakta.
Pencegahan penyebaran berita palsu di media sosial sangat penting sebagai bagian dari upaya Kewaspadaan Nasional. Hal ini perlu dilakukan dengan kemampuan untuk mengenali informasi palsu, mencegah penyebarannya, dan memahami bahwa hoax di media sosial dapat berdampak pada nasionalisme dan keutuhan bangsa.
Di Surabaya sendiri ada seorang mahasiswa dari salah satu
Universitas ternama yang ada di Surabaya, ia bernama Nizar salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Sosidal dan Ilmu Politik (FISIP) jurusan Ilmu Komunikasi yang pernah mencegah terjadinya penyebaran berita palsu di lingkungan kampus. “Kebetulan saat itu saya melihat suatu berita yang
mengatasnamakan Universitas saya, diberita tersebut mengatakan bahwa Rektor Universitas saya telah melakukan korupsi sebesar 2 Miliar yang merupakan dana untuk pembangunan kampus. Setelah membaca berita tersebut saya tidak langsung percaya dan segara menanyakan kepada Dosen Wali
saya yang kebetulan memiliki hubungan dekat dengan Rektor kampus saya. Dan benar saja dugaan saya bahwa berita tersebut hanyalah berita hoax dan disinformasi, pada akhirnya si penyebar berita hoax ini dapat diamankan dan ditangani oleh pihak kepolisian untuk bertanggung jawab atas tindakannya” ucap Nizar sambil menyeduh kopi susu nya.
Nama Dosen Pengampu : Drs. Widyatmo Ekoputra, Ma.
Nama Anggota Kelompok :
● 1. Nizar Zulmi Ramadhan (1152300056)
● 2. Erika Sherren D (1152300164)
● 3. Ananda Velicia L. C. (1152300193)
Memenuhi Tugas Artikel Hoax dan Disinformasi sebagai Ancaman Terbesar Sistem Komunikasi Indonesia oleh dosen Pengampu Drs. Widyatmo Ekoputra, Ma.